Simulasi bencana merupakan salah satu kegiatan yang sering dilaksanakan guna
meminimalisasi resiko terjadinya bencana seprti gempa, gunung meletus maupun
banjir. Masyarakat diberikan pemahaman dan pengalaman tentang perilaku bencana,
jalur – jalur evakuasi, pola pikir dan tindakan yang perlu atau tidak perlu
dilakukan saat terjadi bencana, memanfaatkan jalur evakuasi, memanfaatkan
sistem informasi yang telah dibuat sebelumnya dan yang paling penting adalah
memutuskan tindakan yang harus diambil dalam waktu yang singkat itu dengan
mental yang baik.
Mengingat resiko
bencana yang ada di sekitar Gunung Merapi dan sungai Krasak, maka kecamatan
Tempel dengan dibantu personil Rekompak (Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Masyarakat dan Pemukiman Berbasis Komunitas) dan Tagana (Taruna Siaga Bencana)
menyelenggarakan simulasi bencana bagi warga kelurahan Lumbungrejo dan
Merdikorejo. Simulasi kali ini bertujuan untuk mengurangi dampak adanya bencana
gunung meletus dan banjir lahar dingin. Kegiatan dipusatkan di Lapangan
Lumbungrejo tempat barak-barak didirikan dan di sungai Krasak tempat
dilaksanakannya simulasi ketika lahar dingin menerjang.
Dalam kesempatan ini,
sekitar 20 anak bimbel dan 3 orang pendamping diberi kesempatan untuk mengikuti
simulasi (Minggu, 8 Juli 2012) kemarin. Anak-anak ini diminta mengikuti
sekenario simulasi yang telah dibuat oleh panitia. Ada beberapa anak yang harus
beracting sebagai korban yang penuh luka di sekujur badannya. Untuk
mendukung peran tersebut, anak-anak harus dimake up terlebih dahulu oleh
pihak penyelenggara. Awalnya hanya sedikit anak yang bersedia dimake up,
namun karena antusianya yang luar biasa untuk menjalankan peran yang diberikan,
bertambahlah jumlah anak yang dimake up. Tak hanya anak-anak yang dimake
up sebagai korban luka, namun ada juga personil dari Tagana yang harus dimake
up sebagai orang gila dan pencuri. Ya, di setiap bencana memang
memungkinkan adanya orang gila atau pencuri yang menghambat proses evakuasi.
Setelah proses make
up selesai, anak-anak ini diminta untuk melakukan simulasi. Walau cuaca
panas dan mereka harus berlarian di tengah lapangan, mereka tetap ceria.
Setelah simulasi, saatnya makan menu ala pengungsi di barak yang telah
didirikan. Makan seadanya juga tak menyurutkan keceriaan anak-anak ini. Setelah
simulasi gunung meletus selesai dilakukan, anak-anak ini kemudian menuju sungai
Krasak dengan mobil Tagana untuk melanjutkan simulasi bencana lahar dingin.
“Terimaksih ya
adik-adik sudah membantu acara ini. Kalian benar-benar hebat!” kata salah satu
panitia penyelenggara di akhir acara simulasi.
Tepat pukul 12 siang
anak-anak ini kembali meluncur ke Dusun Lodoyong tercinta dengan pengalaman
yang luar biasa dan pengetahuan tentang penanganan bancana alam. Semoga dengan
mengikuti acara ini mereka bisa menularkan ilmu yang telah didapatnya kepada
teman-teman yang tidak bisa mengikuti kegiatan simulasi. Tetap semangat belajar
dan isilah liburan sekolah ini dengan kegiatan yang positif!
Ikha Tyas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar